Senin, 31 Agustus 2009

Majas

Majas

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].


Majas perbandingan

  1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
  2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
  3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
  4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
  5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  6. Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
  7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
  8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
  10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
  11. Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
  12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
  13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
  14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
  15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
  16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
  17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
  18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
  19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
  20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
  23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

Majas sindiran

  1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
  2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
  3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
  4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas penegasan

  1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
  3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
  4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
  6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
  7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
  8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
  9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
  10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
  11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
  12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
  13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
  14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
  15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Majas pertentangan

  1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
  3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Sumber : wikipedia

Jumat, 28 Agustus 2009

Konsep Dasar Resensi dan Kritik

Resensi

Upaya memberikan pertimbangan tentang sebuah karya :

buku

film /videoklip

pertunjukan drama, tarian dll

Perbandingan Kritik dengan Resensi

Resensi :

Informasi lengkap tentang objek resensi

Menginformasikan sinopsis atau garis besar isi buku

Ada penilaian objektif

Promosi terselubung

Bahasanya persuasif

Kritik :

Menilai sesuatu dengan sudut pandang tertentu

Tidak perlu menginformasikan data buku/objek yang dikritik secara lengkap

Dalam proses mengkritik memang harus objektif tetapi hasil akhir sangat terasa subjektivitasnya

Kegiatan yang terangkum dalam meresensi adalah :

  1. Menulis sinopsis atau garis besar karya yang akan kita resensi.
  2. Memberikan identitas karya seni /inteletual yang akan kita resensi.
  3. Menilai keunggulan dan kelemahan karya yang kita resensi.
  4. Merangkumnya dalam sebuah tulisan persuasi ( secara tersirat menulis resensi adalah sebagai upaya promosi ).

Kegiatan yang terangkum dalam menulis kritik adalah :

Menuliskan opini kita tentang sesuatu.

Mengemukakan keunggulan dan kelemahan secara bertanggung jawab ( Pendapat – Dukungan – Kesimpulan )

Dalam menyatakan pendapat harus diperkuat dengan dukungan yaitu berupa fakta-fakta yang kita temukan untuk mendukung pendapat kita.

Memberikan opini berdasarkan sudut pandang tertentu ( sesuai dengan kapasitas penulis kritik-nya)

Langkah-langkah menulis kritik

  1. Amati dengan cermat objek yang akan kita kritik ( dengan membaca, menonton atau gaya menyimak lainnya)
  2. Mencatat kelemahan dan keunggulannya.
  3. Tetapkan ‘hal’ yang akan anda kritik.
  4. Cari dukungan atau fakta yang akan menguatkan kritik anda tersebut.
  5. Tuangkan langkah 1-4 ke dalam tulisan yang memperhatikan keselarasan ide ke dalam kalimat efektif.

Contoh format resensi dan kritik video klip Indonesia

Resensi Videoklip
Malaikat Juga Tahu : cinta seorang ibu akan menjadi juara


Selain seorang penyanyi, Dewi Lestari ternyata memiliki bakat penulis yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari tangannya lahir novel ‘ science fiction’ Supernova yang ditulis secara trilogi. Dalam karya fiksi ‘recto verso’ Dewi membuatnya jadi paket 2 in 1. Mengapa? Dari karya fiksinya , Dee melahirkan sebuah tembang yang tidak kalah apik .
Lagu ‘Malaikat Juga Tahu’ diluncurkan bertepatan dengan perayaan Hari Ibu. Momen ini dipilih sebagai apresiasi terhadap kasih sayang ibu yang tidak ada tandingnya. Semua cinta akan usang tergerus oleh zaman dan pergumulan tetapi cinta ibu akan tetap bertahan dan menjadi juaranya.
Selain liriknya yang mengharubiru , lagu ini juga diterjemahkan ke dalam video yang menyentuh hati. Dibintang oleh Lukman Sardi yang tak diragukan lagi kemampuan aktingnya, video ini menyampaikan kesan dan pesan yang begitu dalam.
Anda layak memiliki keduanya , novel dan juga album lagunya.


Kritik Videoklip

Persembahan Prima untuk Kasih Ibu yang Tetap Jadi Juara

Seiring dengan kesuksesan yang diraih oleh novelnya “ Recto Verso” , Dewi Lestari terinspirasi menulis lagu yang berkaitan tentang kisah tokoh dalam karya fiksi tersebut. Untuk hal yang satu ini, Dee mengelak bahwa lagu Malaikat Juga Tahu menginspirasi dirinya setelah novelnya laku di pasaran. Ide menulis novel dan lagu datang berbarengan menjadi sebuah paket yang memang dipersembahkan untuk para penggemarnya.

Dewi Lestari menunggu momen Hari Ibu sebagai waktu yang tepat untuk me-launching albumnya.
Penerjemahan lirik lagu Malaikat Juga Tahu :


Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

Menerjemahan ke dalam videoklip lebih diinspirasi oleh cerita dalam novelnya,
Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang. Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar Bumi agar berhenti mengedari matahari.
Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita.
Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Bach dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa.
Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar sejarah grup musik art rock atau komposisi musik klasik. Ia menuliskan surat cinta—kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.
Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.

Sebenarnya novel dan lagunya biasa saja, tetapi video klip yang disajikan begitu menyentuh . Lukman Sardi memberi warna tersendiri bagi album ini.

Senin, 10 Agustus 2009

Review : Memahami periodesasi cerpen di Indonesia

subtema : Memahami Buku Antologi Cerpen

1. Apakah semua angkatan sastra di Indonesia menghasilkan karya sastra cerpen? Tidak ( hanya ’45 dan ’66

saja ) Sebenarnya di tahun 1939 Pujangga baru pernah menerbitkan cerpen tetapi kurang berbobot dari sisi

cerita bahkan roman –roman itu disebut ‘roman picisan’ yang hanya memerhatikan sisi komersialnya

saja.

2. Angkatan mana saja yang mengeluarkan cerpen? Angkatan sastra 1945 dan 1966 . Cerpen agaknya

menjadi pilihan para sastrawan sebab pada masa kedua angkatan itu , irama kehidupan sangat cepat.

Cerpen dianggap karya sastra yang praktis ( cepat ditulis dan cepat juga membacanya ) tanpa menghilangkan

bobotnya. Sebuah novel/roman yang panjang sama nilainya dengan sebuah cerpen yang jalinan ceritanya

digarap secara singkat dan padat.

3. Nama lain angkatan Balai Pustaka adalah Siti Nurbaya dan angkatan 20-an

4. Para penulis roman BP pada umumnya berasal dari daerah Minangkabau

5. Tema roman-roman BP pada umumnya bertema penderitaan/kemalangan.

6. Yang membedakan angkatan BP dengan Pujangga Baru adalah dalam unsur pemilihan tema cerita yang

variatif dan gaya bercerita yang lebih ekspresif.

7. Roman yang berjudul Belenggu karya Armyn Pane dianggap roman yang

mewakili kelahiran angkatan PB.

8. Angkatan Pujangga Baru disebut juga sebagai angkatan Angkatan '33 ,nama Pujangga Baru sesungguhnya

adalah nama sebuah majalah yang pada awalnya menampung tulisan-tulsan yang bergaya berbeda dari

angkatan sebelumnya(BP). Majalah ini diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Armyn Pane dkk.

9. Sastrawan-sastrwana angkatan Pujangga Baru diantaranya adalah Sutan Takdir, Armyn Pane, Amir Hamzah

dkk.

10. Karya cerpen secara produktif dihasilkan pada angkatan 1945

11. Penulis-penulis cerpen diantaranya Aoh K. Hadimaja, M.Yusa Biran, Trisno Yuwono, Nugroho Notosusato,

S.M. Ardan , Idrus dll

12. Yang membedakan cerpen dengan roman adalah cerpen memiliki single impression karena hanya mengusung

1 konflik cerita sementara roman memili varieties impression karena konflik cerita yang beragam.

13. Unsur intrinsik cerpen adalah tema, penokohan/karakter, latar, alur cerita , dan amanat cerita.

14. Cerpen-cerpen angkatan ’45 pada umumnya bertema pemberontakan terhadap penjajah.

15. Cerpen-cerpen angkatan ’66 pada umumnya bertema pemberontakan terhadap pemerintah yang tidak

berpihak pada rakyat kecil.

16. Apa yang dimaksud dengan sinopsis? Ringkasan cerita

17.
Buku antologi Cerpen adalah buku yang memuat beberapa cerita pendek. Untuk memberi judul buku

penulis atau editor sering menggunakan salah satu judul cerpen di dalamnya.