Senin, 23 November 2009

Kelas 9 : pengetahuan umum tentang proposal

Proposal

1. Sistematika proposal adalah :

· Latar belakang

· Tujuan kegiatan

· Kegiatan

· Peserta

· Waktu kegiatan

· Anggaran biaya

· Sumber dana

2. Tujuan penulisan proposal adalah untuk :

· meminta perizinan

· mencari sponsor

· mencari dukungan dalam bentuk sponsorhip baik dana( uang) atau barang bahkan jasa

· member informasi kepada pihak berwajib demi ketertiban selama acara berlangsung

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat penyusunan proposal adalah…

· Mengatur budget yang seimbang

· Kontrak kerja sama dengan pihak sponsor

· Legalitas dari lembaga yang berwenang

( sekolah atau kepolisian dll.)

Minggu, 22 November 2009

Materi Kelas 9 : Cara Menulis Daftar Pustaka

Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Berbagai Sumber

Berikut ini merupakan contoh dari bagaimana penulisan daftar pustaka pada penulisan makalah, skripsi atau penelitian dan lain sebagainya.

1. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari internet, pertama; tulis nama, kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini:

2. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku, ketiga; judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), dan kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik). Seperti contoh dibawah ini:

  • Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
  • Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.

3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua ingat dimulai dari nama belakang ya. Setelah penulisan nama kedua selesai dengan cara penulisan sama seperti nama pertama, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir kelima; nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Seperti contoh dibawah ini:

  • Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
  • Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.

4. Majalah sebagai Sumber Acuan

Jika majalah menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan unsur-unsur beserta urutannya yang perlu disebutkan dalam daftar pustaka sebagai berikut:

1. nama pengarang,
2. tahun terbit,
3. judul artikel,
4. judul majalah,
5. bulan terbit (kalau ada),
6. tahun terbitan yang keberapa (kalau ada),
7. tempat terbit.

Contoh:

Nasution, Anwar. 1975. “Sistem Moneter Internasional”.Dalam Prisma, Desember, IV. Jakarta.

5. Surat Kabar sebagai Sumber Acuan

Jika surat kabar menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan

unsur-unsur beserta urutannya yang perlu disebutkan dalam
daftar pustaka sebagai berikut:
1. nama pengarang,
2. tahun terbit,
3. judul artikel,
4. judul surat kabar,
5. tanggal terbit, dan
6. tempat terbit.

Contoh:

Tabah, Anton. 1984. “Polwan semakin efektif dalam Penegakan Hukum”. Dalam Sinar Harapan, 1 September 1984. Jakarta.

Rabu, 18 November 2009

Cerpen : Novilia Dika

Semua Itu Hanyalah Salah Paham

Oleh: Novilia Dika

“Rasanya aku sudah tak tahan. Tidak ada yang istimewa dalam hidupku. Untuk apa aku dilahirkan di dunia ini? Tidak berguna.”, desahku sambil melihat sosok seorang perempuan yaitu diriku di kaca.

Aku, Viviana Samantha, seorang gadis biasa berumur 16 tahun. Tidak ada yang istimewa dariku. Satu pun tidak. Ada satu hal yang istimewa. Bukan. Itu bukanlah sesuatu yang istimewa. Itu adalah aib. Aku dilahirkan di keluarga yang tidak harmonis. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku seorang anak laki-laki yang sangat didambakan dan adikku seorang anak perempuan yang sangat disayang dan dimanja.

Ibu dan ayahku sudah lama bercerai. Bahkan, sewaktu mereka bercerai dulu, mereka berjuang untuk mendapatkan hak asuh kakak dan adikku. Aku seperti sudah tak dianggap apa-apa lagi. Walaupun akhirnya aku dan adikku ikut ibuku (karena aku masih berada di bawah umur) dan kakakku ikut ayah, tapi tetap saja sikap ibu padaku tetap seperti dulu. Acuh dan cuek. Lain sekali sikapnya pada adikku.

Di sekolah aku juga hanya berteman dengan segelintir orang. Hanya dengan teman-temanku yang SDku secara kebetulan juga masuk SMA yang sama denganku. Aku termasuk orang yang susah mencari teman. Karena aku dibesarkan di keluarga yang seperti itu, inilah sifatku. Tertutup, selalu berpikiran negatif dan cepat tersinggung.

Hari ini aku baru saja berulang tahun yang ke -16. Aku sengaja, tidak mau merayakannya bersama keluarga. Aku lebih memilih merayakannya bersama teman-teman sekolahku. Aku merasa semua tawa itu hanya palsu. Karena, ketika aku pulang, aku pasti kembali lagi seperti biasa. Memendam perasaan dan kesal lagi karena sikap orang tuaku.

Ketika aku sudah pulang, aku langsung masuk kamar tanpa mendengar perkataan ibuku. Melempar semua bawaan yang berat dan langsung tiduran di ranjang. Tapi dari beberapa kado yang terlempar, ada sebuah kado yang menarik perhatianku. Kado tersebut dibungkus kertas kado berwarna merah metalik yang berukuran agak besar. Tidak besar-besar amat sih. Kurobek bungkusannya dan kudapati disitu sebuah buku yang cukup tebal. Ternyata itu adalah sebuah diary berwarna biru yang bisa dikunci.. Manis sekali kuncinya.

“Pemberinya pasti tahu, kalau aku suka warna merah. Tapi siapa yah..”, kataku dalam hati.

Kado tersebut tidak ada nama pengirimnya alias no name. Tapi ada secarik kertas berisi tulisan di dalamnya.

“Siapa yah pengirimnya? Tidak ada nama dan notesnya diketik dengan computer. Ahh.. Bodo amat ah.. Aku udah terlalu capek untuk memikirkannya. Mending aku tidur.”

-oOo-

Keesokan harinya, hari-hariku berjalan seperti biasa. Bangun tidur-mandi-makan-langsung pergi begitu saja ke sekolah. Aku sudah malas minta izin untuk pergi pada ibu. Kalaupun aku meminta izin, Ia malah berkata seperti ini.

“Tumben kamu minta izin sama Ibu. Biasanya kan nggak. Kamu salah minum obat yah?”

Itu malah akan membuat pagi hariku rusak dan bete. Aku cukup mendapatkan nilai yang baik di sekolah, tidak nakal ataupun menjahili guru serta teman-teman. Yah. Itu saja. Aku mau cepat dewasa agar aku bisa segera pergi dari rumah itu. Aku mau cepat-cepat dewasa agar aku tidak perlu lagi mendengar omelan-omelan ibuku. Aku mau cepat-cepat dewasa agar aku tidak perlu lagi melihat adikku yang menyebalkan itu!

Pulang sekolah, aku pulang dan langsung masuk kamar seperti biasanya. Menjatuhkan diriku yang masih berseragam sekolah ini ke kasur. Tapi sekilas aku melihat sebuah buku diary berwarna merah di meja belajar. Buku itu menarik perhatianku. Aku langsung beranjak dan mengambilnya, serta sebuah pulpen. Aku bingung mau menulis apa pada halaman pertama.

Setelah cukup lama, aku pun mulai menulis seperti ini.

Rabu, 11 Februari 2009

Dear diary,

hai.. Namaku Viviana Samantha. Belum lama ini aku baru saja merayakan ulang tahunku yang ke 16. Tapi aku merasa tidak ada yang istimewa. Ya.. Aku merasa kalau seluruh hidupku hampa dan sia-sia.Kenapa ya aku harus dilahirkan di dunia ini. Tuhan begitu kejam. Ia hanya ingin aku hidup untuk melihatku sengsara dan menderita. Ayahku dan ibuku sudah lama bercerai. Aku juga mempunyai seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Mereka menyayangi kakakku karena kelak, dialah harapan dan penerus usaha ayahku. Mereka menyayangi adikku karena ia masih kecil dan sangat butuh kasih sayang. Aku?? Tidak dianggap. Semua perkataanku tidak ada yang benar di hadapan mereka. Apa sebenarnya salahku? Kenapa aku harus dilahirkan di keluarga yang seperti ini. Apakah ini karma? Kalaupun iya, apa yang harus kuperbuat agar bisa memperbaikinya?

“Tes... tes..” , air mataku mulai turun.

Setelah selesai menulis diary, aku kecapekan dan langsung tidur. Tapi dalam hati aku puas, karena selama ini aku hanya bisa menyimpan semua hal ini sendiri, sekarang aku bisa menulis segala kekesalanku, unek-unekku dalam diary itu. Aku bersyukur karena ternyata ada temanku yang betul-betul perhatian padaku.

-oOo-

“Vi, ntar adikmu ada pemotretan majalah. Kamu temenin dia sebentar ya. Soalnya ntar ibu harus pergi ke arisan dulu. Vi… Vivian.. Kamu denger ibu gak sih?!”

Aku melengos begitu saja sambil berlagak tidak mendengar.

“Kalau kakak tidak mau mengantarku juga gak apa-apa kok kak.. Aku kan sudah besar. Tidak perlu diantar lagi.”

Aku memang benci adikku. Dia selalu berusaha manis padaku. Mungkin saja dia mau berlagak sok baik agar ibuku makin saying padanya. Dia adalah anak yang multi-talented, aku merasa agak iri padanya. Sudah cantik, pintar, foto model sebuah majalah ibukota yang cukup ternama, jago main piano lagi. Lah.. sedangkan aku?? Hanya seorang anak yang menyusahkan, suka cari ribut, suka ngebantah lagi. Benar-benar tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan adikku.

-oOo-

Keesokkan harinya, aku brangkat ke sekolah seperti biasa. Tanpa senyum dan kalau pun tersenyum, itu adalah terpaksa. Ketika membuka loker, tiba-tiba ada sebuah amplop berwarna biru yang terjatuh dari sana. Aku ingin membukanya, tapi begitu aku mau membuka, bel tanda masuk berdering.

“Ntar aja deh.. Pas istirahat bukanya”, aku berkata pada diriku sendiri.

Pas istirahat, aku lapar sekali karena tadi ada kuis matematika mendadak. Aku pun langsung lari ke kantin, sudah lupa dengan surat itu.

-oOo-

Pulang sekolah, aku sudah lupa lupa sama sekali dengan surat itu. Yang terpenting bagiku sekarang hanyalah tidur.. Ngantuk sekali rasanya. Begitu sampai di kamar, aku langsung melempar tasku ke ranjang. Isinya berceceran semua di atas ranjang. Selesai mencopot sepatu dan kaus kaki, aku langsung membanting diriku ke ranjang. Tapi ada sebuah benda yang menusuk kakiku. Setelah kuraba, ternyata itu adalah surat itu!

Keinginanku untuk tidur hilang seketika. Ada perasaan deg-degan sekaligus takut. Siapa tahu itu adalah surat terror bom.. Hii.. Pelan-pelan kurobek amplopnya, kulihat isinya, ternyata hanya sebuah kertas yang dilipat-lipat alias surat. Kuambil suratnya dan mulai membacanya. Ternyata isinya adalah sebuah puisi cinta.

Setelah kubaca, aku sebenarnya masih belum terlalu mengerti apa maksud surat ini. Kubuka lagi amplopnya, ternyata masih ada sebuah notes kecil bertuliskan:

Aku benar-benar terkejut mendapat surat seperti ini. Jujur saja ya. Aku belum pernah mendapatkan surat seperti ini. Ini adalah kali pertama. No name dan diketik computer. Hmm.. Ternyata aku bisa yah.. Mempesona bagi orang lain. Perasaanku sekarang campur aduk. Antara bingung, takut, tapi agak-agak senang juga ada orang yang memperhatikanku. Akupun langsung menuliskannya di diary.

Selasa, 17 Februari 2009

Dear diary,

Tadi aku dapet surat nih.. No name dan diketik lagi. Isinya itu tentang puisi aneh. Aneh banget deh. Baru kali ini aku nerima surat aneh begitu. Apa ini ya yang namanya surat cinta. Tapi aku gak tahu siapa yang ngirim nih. Syukur-syukur sih orangnya cakep. Hehehe.. Siapa tahu dia Danny. Si cowok yang jago banget main basket itu lho. Yha.. aku sih gak terlalu banyak mengharap.

-oOo-

Keesokan hari, sesuai dengan hari dan jam yang sudah dijanjikan oleh si penulis surat cinta, aku pergi ke lapangan basket dengan hati yang tidak keruan. Rasanya ingin kabur saja. Uhh.. Dari jauh, aku melihat ada laki-laki yang berdiri membelakangiku. Rambutnya cepak dan tinggi. Siapa ya?? Tapi semakin aku mendekat, semakin jelaslah terlihat siapa dia sebenarnya.

“Danny?!”

Laki-laki pengirim surat itu pun langsung membalikkan badannya dan ternyata memang benar dia!! Kemarin sebenarnya pas aku nulis di diary itu hanyalah bercanda. Apakah ini semua hanya mimpi atau nyata??

“Haii.. Kenapa jadi bengong gitu liatin aku?? Apa kamu sudah baca surat dariku??”, katanya yang membuatku menyadari ini semua adalah nyata.

“Nggak.. Aku cuma kaget saja. Kok bisa ya.. Seorang bintang basket bisa suka sama seorang Vivi yang nggak punya keistimewaan apa-apa.”

“Hmm.. Menurutku, seorang bintang basket itu bebas kan memilih perempuan untuk disukai. Nggak harus yang berprestasi, cantik, dll. Yang biasa juga bisa kan??”

“Iya juga sih.. Tapi kenapa harus aku??”

“Ya aku juga tidak tahu. Pertama kali melihatmu, ada yang beda. Kamu selalu saja murung, sedih. Karena itu, aku ingin membuat kamu menjadi lebih ceria, tertawa lepas. Tidak seperti kemarin-kemarin, kalau tertawa seperti orang yang dipaksa untuk tertawa.”

Aku malu. Baru pertama kali aku merasa ada seseorang yang begitu memperhatikanku. Peduli denganku. Apalagi dia Danny, seorang bintang basket pujaan anak-anak perempuan di sekolahku.

“Jadi.. Kamu mau nggak jadi pacarku?”

Jger.. Aku bingung. Benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Tapi aku berpikir. Aku memang dari dulu sudah cukup suka padanya. Dan sekarang ada kesempatan seperti ini. Artinya: Tidak boleh dilewatkan lagi.

“Hmm.. Bagaimana yah.. Baiklah.”

“Yang benar nih??”

“Iya.. Masa aku bohong sih..”

-oOo-

Seminggu sudah berlalu dari peristiwa itu. Seharusnya aku sadar. Orang seperti Danny tidak mungkin menyukaiku. Seharusnya aku sadar dari awal. Aku hanya dijadikan korban dari permainan Danny dan teman-temannya. Kenapa aku begitu bodoh??

Sekarang aku sedang berada dikamarku, memegang fotoku dan Danny yang diambil 3 hari lalu di sebuah photobox. Mengingat kembali kejadian itu.

Rabu, 25 Februari 2009

Dear diary,

Kenapa aku begitu bego. Begitu mudah dipermainkan olehnya. Kejadia ini bermula seminggu yang lalu. Ketika sore, sehabis pulang sekolah aku menemui Danny, yang mengaku sebagai penggemar rahasiaku. Padahal itu semua hanyalah main-main belaka. 6 hari sesudah aku jadi pacarnya, aku mendengar ia dan teman-temannya yang sedang ngobrol. Setelah aku menguping cukup lama, aku baru menyadari. Minggu lalu, Danny dan teman-temannya sedang taruhan. Siapa orang yang bisa pacaran dengan cewek yang biasa-biasa saja alias tidak popular, maka dia yang memenangkan taruhan. Gila.. Aku terus berpikir. Lalu apa artinya aku jalan dengannya, nonton bareng, makan bareng, foto.. Kalau dia hanya mengganggapku mainan untuk memenangkan taruhan. Aku baru menyadari, kala aku hanyalah seorang gadis bodoh yang gampang dibohongi. Baru pertama kali aku memiliki pacar, langsung seperti ini. Aku benar-benar merasa gak berguna

“Tes..”

“Tes..”

Air mata ku mulai turun membasahi diary. Aku menutup diaryku, memeluknya erat. Aku merasa tidak ada gunanya lagi hidup di dunia ini. Orang tuaku, lebih menyayangi kakak dan adikku. Danny, ahh.. Aku sudah tidak mau lagi berurusan dengannya. Melihat mukanya saja sudah membuatku muak. Tanpa pikir panjang, aku pergi ke dapur, membuka laci, lalu mencari benda tajam. Yap.. Pisau. Tapi aku tidak bisa menemukan pisau lain selain pisau roti. Karena aku harus cepat-cepat (tidak mau ketahuan oleh ibu dan juga adikku), aku langsung membawanya ke kamar.

Begitu sampai di kamar, aku langsung menusuk tanganku dengan pisau itu.

-oOo-

“Ibu.. Aku sudah pulang nih”

“Ahh.. Adek sudah pulang. Ayo ganti baju. Ibu mau ngajakin kamu makan di café baru itu loh.. Yang waktu itu pernah ibu ceritain..”

“Kakak mana? Kakak sudah ganti baju?”

“Kakakmu ada di kamarnya. Tapi ibu belum bilang ke kakakmu kalau kita mau ke café sih.. Soalnya kalau ibu ajak, pasti dia nggak mau. Malah bikin mood ibu berubah lagi.”

“Hmm.. Iya juga sih.. Tapi dia kan tetep anak ibu. Masa ibu mau pilih kasih gitu sih.. Aku panggilin deh”

“Ya sudah.. Terserah kamu saja deh”

-oOo-

“Kyaaaa…………… Bu….”

“Ada apa?? Kamu kenapa dek??”

“Kakak bu.. Kakak mau bunuh diri.. Dia nusuk tangannya sendiri.”

“Panggil ambulance.. Cepet dek..”

“Iya ma..”

Dengan cepat, Vivi dibawa ke rumah sakit. Untung saja dia tidak kenapa-kenapa dan hanya pingsan. Ada secarik surat di saku celananya. Ibu dan adiknya pun langsung membacanya.

Ibu menangis karena menyadari perbuatannya selama ini mempengaruhi mental anaknya. Ibu benar-benar merasa bersalah dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Akhirnya ia memilih menelepon mantan suaminya, yaitu ayah Vivi. Ayah pun segera datang dengan tampang awut-awutan karena kaget dan panik.

-oOo-

Aku tidak tahu apa yang terjadi tadi. Yang jelas, tadi aku ke dapur, mengambil pisau dan menusuk tanganku, dan karena banyak darah yang keluar, aku merasa pusing dan akhirnya tidak sadarkan diri. Aku pikir aku sudah mati. Tapi ternyata, aku bangun dan mendapati diriku sekarang, sedang berada di kamar rumah sakit dan adik serta ibuku tidur kelelahan karena menjagaku. Sekilas, aku melihat adikku memakai kalung dengan liontin kunci. Aku merasa familier dengan kunci itu.

Tiba-tiba aku sadar kalau adikku akan bangun, maka aku langsung memejamkan mata. Lalu adikku tiba-tiba berkata seperti ini sambil membelai kepalaku dan memegang tanganku.

“Kak, aku mau kakak cepat sadar dan kembali seperti biasa. Tidak apa-apa deh kalau kakak jutek padaku, marah, atau benci padaku. Yang penting kakak sehat dan tidak seperti ini. Aku rela melakukan apa saja agar kakak sembuh. Cepat sadar yah kak.”

Aku benar-benar merenung. Selama ini adikku sangat sayang padaku. Ia selalu memperhatikanku. Tapi karena pikiranku yang sudah negatif, aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Aku benar-benar merasa menyesal, selama ini sudah begitu jahat padanya. Karena sudah terlalu capek berpikir, akhirnya aku tidur lagi dan bangun kebesokkan paginya.

“Ayah.. Bu.. Kakak sudah sadar.”

“Cepat panggil dokter..”

“Iya..”

Setelah aku dipekriksa dokter dan dokter menyatakan aku baik-baik saja, hanya shock dan akhirnya pingsan karena aku takut darah (bukan karena urat nadiku hampir putus karena ternyata aku hanya berhasil menggoreskan sedikit dan terlihat darah sedikit, tapi bagiku sudah banyak. Hehe..)

Aku pun teringat ucapan adikku kemarin malam. Aku langsung berbicara pada mereka.

“Ayah, ibu, kak, dik, ada yang ingin aku sampaikan pada kalian. Ini mengenai sikapku selama ini. Maafkan aku yang selalu membangkang, kurang ajar, dll. Mungkin kalian tidak akan pernah memaafkanku lagi karena sikapku yang begitu. Tapi kumohon. Selama ini aku mengira kalau ibu lebih sayang kakak dan adik daripada aku. Karena itu aku sangat-sangat cemburu dan akhirnya menjadi anak yang tidak pernah mau menurut.”

“Tidak nak. Dengarkan ibu. Ini semua kesalahan ibu. Ibu sangat cuek padamu.”

“Ini juga kesalahan ayah. Ayah tidak pernah berada lama di rumah. Tidak pernah memanjakanmu, membelikanmu oleh-oleh ketika papa pulang dari perjalanan bisnis, dll. Ayah merasa menjadi ayah yang gagal. Kalau ada yang bisa papa perbuat untuk memperbaikinya, katakanlah.”

“Ada yah.. Aku hanya ingin kita sekeluarga kembali bersama-sama. Seperti 1 keluarga yang utuh. Tidak tercerai-berai begini.”

“Tapi kalau soal itu tidak mungkin Vi. Ini adalah jalan yang paling baik. Berpisah, bagi kami adalah yang terbaik.”

Aku sebenarnya sudah bisa menduga apa yang akan mereka jawab. Tapi bagiku, tidak masalah. Selama keluarga ini rukun, dan kami sudah mengakui kesalah-pahaman yang terjadi selama ini, tidak masalah bagiku. Toh kami masih bisa bertemu. Ah ya.. ada satu hal lagi yang masih mengganjal di hatiku. Aku ingin meminta maaf padanya secara langsung.

“Dik.. Ada yang ingin kakak katakan padamu. Kakak ingin meminta maaf secara personel padamu. Selama ini kakak salah paham. Kakak kira, kamu berbuat baik pada kakak karena ingin membuat kakak cemburu karena kamu sangat disayang oleh mama. Maafkan kakak. Oh iya.. terima kasih atas hadiah diarynya. Kakak sangat terbantu karena diary itu.”

“Tidak apa-apa kak. Aku sudah memaafkan kakak dari dulu. Bagaimana kakak tahu aku yang memberikan diary itu??”

“Dari kunci yang kamu pasang sebagai liontin di kalungmu itu. Terima kasih ya..”

Aku memeluknya erat. Ini adalah pertama kalinya aku memeluk seseorang. Dan aku bahagia, karena akhirnya semua kesalahpahaman ini berakhir. Memang, cinta dari keluarga adalah yang terbaik.