Jumat, 28 Agustus 2009

Contoh format resensi dan kritik video klip Indonesia

Resensi Videoklip
Malaikat Juga Tahu : cinta seorang ibu akan menjadi juara


Selain seorang penyanyi, Dewi Lestari ternyata memiliki bakat penulis yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari tangannya lahir novel ‘ science fiction’ Supernova yang ditulis secara trilogi. Dalam karya fiksi ‘recto verso’ Dewi membuatnya jadi paket 2 in 1. Mengapa? Dari karya fiksinya , Dee melahirkan sebuah tembang yang tidak kalah apik .
Lagu ‘Malaikat Juga Tahu’ diluncurkan bertepatan dengan perayaan Hari Ibu. Momen ini dipilih sebagai apresiasi terhadap kasih sayang ibu yang tidak ada tandingnya. Semua cinta akan usang tergerus oleh zaman dan pergumulan tetapi cinta ibu akan tetap bertahan dan menjadi juaranya.
Selain liriknya yang mengharubiru , lagu ini juga diterjemahkan ke dalam video yang menyentuh hati. Dibintang oleh Lukman Sardi yang tak diragukan lagi kemampuan aktingnya, video ini menyampaikan kesan dan pesan yang begitu dalam.
Anda layak memiliki keduanya , novel dan juga album lagunya.


Kritik Videoklip

Persembahan Prima untuk Kasih Ibu yang Tetap Jadi Juara

Seiring dengan kesuksesan yang diraih oleh novelnya “ Recto Verso” , Dewi Lestari terinspirasi menulis lagu yang berkaitan tentang kisah tokoh dalam karya fiksi tersebut. Untuk hal yang satu ini, Dee mengelak bahwa lagu Malaikat Juga Tahu menginspirasi dirinya setelah novelnya laku di pasaran. Ide menulis novel dan lagu datang berbarengan menjadi sebuah paket yang memang dipersembahkan untuk para penggemarnya.

Dewi Lestari menunggu momen Hari Ibu sebagai waktu yang tepat untuk me-launching albumnya.
Penerjemahan lirik lagu Malaikat Juga Tahu :


Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

Menerjemahan ke dalam videoklip lebih diinspirasi oleh cerita dalam novelnya,
Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang. Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar Bumi agar berhenti mengedari matahari.
Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita.
Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Bach dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa.
Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar sejarah grup musik art rock atau komposisi musik klasik. Ia menuliskan surat cinta—kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.
Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.

Sebenarnya novel dan lagunya biasa saja, tetapi video klip yang disajikan begitu menyentuh . Lukman Sardi memberi warna tersendiri bagi album ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar