Jumat, 23 Oktober 2009

Cerpen : Dio Finus

Kenangan yang Berbekas

Hai, mungkin kalian tidak akan mengenalku, tapi seiring berjalannya cerita pasti kalian bisa tau. Dulunya aku tidak ada di tempat dimana aku berdiri ini. Dulu tempatku ini hanyalah hutan pohon karet yang luas, tetapi orang-orang mulai datang dan mengubah tempat ini, yang dulunya hutan menjadi sebuah tempat yang indah, dan disinilah aku dan teman-temanku berada. Orang-orang biasanya menyebutku C17

Tidak lama setelah tempat ini diubah orang-orang mulai berdatangan, dan aku akhirnya bersama dengan sebuah keluarga dengan sepasang suami istri, seorang kakek, dan seorang anak laki-laki berumur sekitar tiga sampai empat tahun, dan seorang anak perempuan berumur satu sampai dua tahun, bersama dengan kedua pembantu mereka.

Kami mulai menghabiskan waktu bersama-sama. Tidak lama anak laki-laki itupun mulai bersekolah di sekolah dekat dari tempat ini, sedangkan yang perempuan masih tinggal dan bermain bersama pembantunya. Suami istri itupun tidak lama setelah mengantar anak laki-lakinya pergi bekerja sebagai wiraswasta, dan akhirnya hanya tinggal aku, anak perempuan, pembantunya, serta seorang kakek.

Ketika siang datang kakek itupun mulai pergi untuk menjemput cucunyan di sekolah dan meninggalkan cucunya yang satu lagi bersama dengan pembantu dan aku. Karena jarak yang tidak jauh maka tidak lama pun mereka sudah kembali lagi. Sore pun dengan cepat datang dan bersamaan dengan itu sepasang suami istri itupun pulang dari pekerjaan mereka. Mereka berkumpul dan tertawa bersama, hanya denga melihat mereka saja aku sudah senang.

Setelah lewat sekitar dua tahun, akhirnya hadir anggota baru, yaitu sepasang anak kembar laki-laki datang kedalam keluarga ini. Dan tidak lama setelah anak itu lahir, kejadian yang tidak diharapkan pun terjadi. Kejadian ini sangat tidak diharapkan bagi setiap anggota keluarga ini, suami istri itupun mulai sekarang menutup tokonya lebih cepat dari biasanya, bahkan mereka terkadang tidak membuka tokonya karena takut dengan keadaan yang sudah semakin kacau ini.

Malam pun tiba dan para kepala keluarga mulai keluar dengan kesiapan mereka masing-masing, aku pikir ini akan menjadi malam yang sangat panjang sampai saat ini. Ada yang berkata “jangan kalau kau melakukan semua ini akan menjadi tambah gawat dan bisa saja kamu terbunuh.” Ada juga yang mengatakan dengan suara yang sayup “janganlah kamu berbuat begini, ini sama saja dengan kau bersedia menjadi kurban keganasan mereka.” Beberapa keluarga mulai panik ketika malam datang, mereka takut musuh muncul.

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi setiap kepala keluarga disini. Pak RT pun datang dan mulai mengadakan rapat kecil. “mungkin saja ini bisa menjadi malam terakhir bagi kita, tetapi ini tidak boleh menjadi malam terakhir bagi anggota keluarga kita yang kita tinggalkan dirumah.” Kata-kata itu mulai membuat semangat setiap kepala keluarga. Jika bukan kita yang menjaga keluarga kita lalu siapa lagi?” tanya pak RT. Semua terdiam dan membisu, mereka mulai terbawa perasaan sunyi yang penuh dengan semangat juang didalamnya.

Malam mulai berlalu dan pagi pun mulai datang menyambut para orang yang telah dengan gigih mempertahankan kedamaian tempat ini. Para anggota keluarga bangun dengan gembira menyambut anggota keluarga yang telah pulang tanpa luka sedikitpun. Anak-anak mulai bangun tetapi mereka tidak dapat pergi ke sekolah melihat situasi seperti ini, dan tampaknya sekolah juga ditutup sementara sampai ini semua berakhir.

Aku berusaha menjaga mereka disetiap detiknya, pikirku buat apa aku dibangun dengan batu bata dan dibangun dengan kuat kalau bukan untuk melindungi orang yang berada di dekatku. Siang ini pun berlalu dengan damai, dan tampaknya belum ada kejadian yang berarti.

Petang pun tiba dan suasana mulai memanas. Aku berharap apa yang kemarin terjadi terulang kembali, tidak ada seorangpun yang mengharapkan korban dalam situasi seperti ini. Malam tiba dan kakek itupun mulai terbatuk-batuk, ia mulai lemas dan tidak berdaya, kami semuapun panik, dengan kondisinya yang sekarang ini mustahil jika hanya dirawat dirumah saja. Sepasang suami istri itupun bergegas dengan sigap menelepon rumah sakit, tetapi rumah sakit tidak dapat mengirimkan mobil ambulance, karena pada saat itu tidak ada yang berani lewat dijalan-jalan besar.

Sepasang suami istri itupun mulai nekat pergi dengan mobil opel yang mereka punyai. Mereka langsung bergegas pergi ke rumah sakit yang letaknya di Jakarta. Suasana sepi sunyi dan tidak ada seorangpun yang lewat. Hanya ada para mahasiswa dimana-mana suasana di mobil itu sangat menegangkan, istrinya berkata dalam hati “tolong jangan sampai para mahasiswa itu menghentikan kami, begitu juga dengan para polisi.” Sang suami pun bergurau resah didalam hatinya.

Mereka melewati tiap jajaran polisi waktu itu, dengan perlahan namun sigap mereka bergegas menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit lampu rumah sakit semuanya dimatikan, tidak ada satupun yang tetap menyala. Mereka bergegas masuk dan langsung ke meja resepsionis dan mendaftarkan kakek itu di rumah sakit tersebut. Setelah keadaan kakek itu membaik, mereka mulai bergegas pulang, tetapi ditengah jalan banyak mahasiswa yang menghadang jalan mereka.

Bergegas mereka langsung memutar jalan dan bertemu dengan seorang ojek motor yang sedang mangkal. Ojek itupun berbaik hati dan mengantar mereka pulang, setelah ojek itu berjalan sekitar seratus meter dia kembali dan memberitahu bahwa jalan yang akan ditempuh itu aman, dan begitu terus hingga sampai kembali. Waktu mereka kembali aku sangat senang dan bahagia, begitu juga keluarga mereka yang ditinggal dirumah.

Masalah tidak berhenti sampai disitu, malam ini penjagaan mulai diperketat. Semua kepala keluarga mulai menjaga seperti hari sebelumnya, tetapi dalam malam ini Pak RT memanggil satu panzer dan beberapa tentara untuk keamanan komplek ini. Beberapa orang berharap malam ini menjadi malam terakhir bagi kejadian ini sebagian orang sudah berdoa menurut kepercayaan mereka masing-masing.

Pak RT pun mulai mengadakan rapat lagi. Pak RT membuka rapat dengan mengatakan “mungkin malam ini bukan malam terakhir bagi kerusuhan ini, dan mungkin juga malam ini akan menjadi malam yang aman dikarenakan panzer yang sudah disewa tersebut, tapi ini bukan berarti kalian harus mengurangi kewaspadaan terhadap peristiwa ini.” Kata-kata itu membuat semangat tiap-tiap orang pun bangkit kembali.

Dengan adanya panzer pada malam ini mungkin malam ini tidak akan menjadi buruk, dan walaupun memburuk mungkin korban jiwa tidak akan banyak aku berharap dalam hatiku.

Malam inipun berlalu, setiap anggota keluarga menyambut kepala keluarga mereka masing-masing dengan penuh sukacita. Mereka berbahagia karena tidak ada seorangpun yang tewas pada malam ini. Pak RT sangat bersyukur tiap-tiap warganya selamat. Begitu juga dengan aku, aku sangat senang tidak ada seorangpun yang terbunuh pada malam ini, akupun bangga kalau aku juga bisa menjaga keluarga ini. Aku merasa keluarga ini menjadi keluargaku juga, karena kita menghabiskan malam dan siang bersama.

Pada siang hari di tiap televisi mengabarkan bahwa semua ini berakhir. Akhirnya Soeharto pun turun dan semuanya mulai pulih. Kejadian ini mulai terkenal dimana-mana dan sering disebut kerusuhan tahun 99, dimana ini semua terjadi dan dimana ini semua berakhir. Jangka waktu kejadian ini tidak lama hanya beberapa hari, tetapi kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian ini sangat menyeramkan. Banyak orang-orang yang terbunuh pada kejadian ini.

Ini semua terjadi dikarenakan para mahasiswa ingin Soeharto turun dari masa jabatannya yang sudah lama, pada saat Soeharto turun, pada saat itu juga masa orde baru pun berakhir.

Mungkin ini kisahku yang sederhana tetapi kisah ini sangat berarti bagiku dan berbekas didalam hatiku, kisah ini sangat menyeramkan tetapi sangat berarti dalam hidupku. Mungkin untuk beberapa orang yang masih tidak mengerti siapa aku, aku adalah sebuah rumah yang diam berdiri kuat untuk melindungi keluarga yang berdiam didalamku.

Nama: Dio Finus N.

Kelas: XI.IPA.II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar